Senin, 08 April 2013

ETIMOLOGI DALAM ISLAM



A.    PENGERTIAN 
 Aqidah Secara Etimologi
Aqidah berasal dari kata ‘aqd yang berarti pengikatan. Aqidah adalah apa yang diyakinioleh seseorang. Aqidah merupakan perbuatan hati, yaitu kepercayaan hati dan pembenaran terhadap sesuatu.

Aqidah Secara Syara’
Yaitu beriman kepada Allah, para MalaikatNya, kitab-kitabNya, para Rasulnya, dankepada hari Akhir serta kepada qadar baik yang baik maupun yang buruk (rukun iman). Dalilnya adalah
-                    QS. Al Kahfi: 110
-                    QS Az Zumar: 65
-                    QS. Az Zumar: 2-3
-                    QS. An Nahl: 36
-                    QS. Al A’raf: 59,65,73, 85
(Kitab Tauhid 1, Dr. Shalih bin Fauzan bin Abdullah al Fauzan)

Aqidah secara terminologi
 Menurut Abu Bakar Jabir al Jazairy, Aqidah adalah sejumlah kebenaran yang dapatditerima secara umum (aksioma) oleh manusia berdasarakan akal, wahyu dan fitrah.Kebenaran itu dipatrikan oleh manusia di dalam hati serta diyakini kesahihan dankeberadaannya secara pasti dan ditolak segala sesuatu yang bertentangan dengankebenaran itu (Kuliah Aqidah Islam, Dr. Yunahar Ilyas, M.Ag., Lc.)

B.           SUMBER-SUMBER AQIDAH YANG BENAR DAN MANHAJ SALAF DALAMMENGAMBIL AQIDAH
Aqidah adalah tauqifiyah. Artinya, tidak bisa ditetapkan kecuali dengan dalil syar’i, tidak ada medan ijtihad dan berpendapat di dalamnya. Karena itulah sumber-sumbernyaterbatas kepada apa yang ada di dalam al-Quran dan as-Sunnah. Sebab tidak seorangpunyang lebih mengetahui tentang Allah, tentang apa-apa yang wajib bagiNya dan apa yangharus disucikan dariNya melainkan Allah sendiri. Dan tidak ada seorangpun sesudahAllah yang mengetahui tentang Allah selain Rasulullah shalallahu ’alaihi wa sallam. Olehkarena itu manhaj as-Salafush Shalih dan para pengikutnya dalam mengambil aqidahterbatas pada al-Quran dan as-Sunnah (Kitab Tauhid 1, Dr. Shalih bin Fauzan binAbdullah al Fauzan).

C.          ISTILAH-ISTILAH LAIN TENTANG AQIDAH 
 Iman,
Yaitu : sesuatu yang diyakini di dalam hati, diucapkan dengan lisan dandiamalkan dengan anggota tubuh.

 Tauhid,
Artinya : mengesakan Allah (Tauhidullah).

 Ushuluddin,
Artinya : pokok-pokok agama

 Fiqh Akbar,
Artinya : fiqh besar. Istilah ini muncul berdasarkan pemahaman bahwa tafaqquh fiddin yang diperintahkan Allah dalam surat At-Taubah ayat 122, bukan hanya masalah fiqih, tentu dan lebih utama masalah aqidah. Dikatakah fiqhakbar, adalah untuk membedakannya dengan fiqh dalam masalah hukum.

D.          BEBERAPA KAIDAH AQIDAH 
Apa yang saya dapat dengan indera saya, saya yakni adanya, kecuali bila akal saya mengatakan ”tidak” berdasarkan pengalaman masa lalu. Keyakinan, di samping diperoleh dengan menyaksikan langsung, juga bisa melalui berita yang diyakini kejujuran si-pembawa berita. Anda tidak berhak memungkiri wujudnya sesuatu, hanya karena anda tidak bisa menjangkaunya dengan indera mata.  Seseorang hanya bisa mengkhayalkan sesuatu yang sudah pernah dijangkau oleh inderanya.  Akal hanya bisa menjangkau hal-hal yang terikat dalam ruang dan waktu. Iman adalah fitrah setiap manusia.  Kepuasan materiil di dunia sangat terbatas Keyakinan pada hari akhir adalah konsekuensi logis dari keyakinan tentangadanya Allah.(Kuliah Aqidah Islam, Dr. Yunahar Ilyas, M.Ag., Lc.)

E.           PENYIMPANGAN AQIDAH DAN CARA-CARA PENANGGULANGANNNYA
Sebab-Sebab Penyimpangan dari Aqidah Shahihah, yaitu:
  1. Kebodohan terhadap aqidah shahihah, karena tidak mau mempelajari danmengajarkannya, atau karena kurangnya perhatian terhadapnya. Sehingga tumbuhgenerasi yang tidak mengenal aqidah shahihah dan juga tidak mengetahui lawan ataukebalikannya. Akibatnya, mereka menyakini yang haq sebagai sesuatu yang batil danyang batil dianggap sebagai yang haq. Sebagaimana yang dikatakan oleh Umar binKhatab radliyallahu ’anhu : ” Sesungguhnya ikatan simpul Islam akan pudar satu demisatu manakala di dalam Islam terdapat orang yang tumbuh tanpa mengenalkejahiliyahan”.
  2. Ta’ashshub (fanatik) kepada sesuatu yang diwarisi dari bapak dan nenek moyangnya,sekalipun hal itu batil, dan mencampakkan apa yang menyalahinya, sekalipun hal itu benar. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al Baqarah ayat 170, yang artinya:”Dan apabila dikatakan kepada mereka, ’ikutilah apa yang telah diturunkan Allah ’,mereka menjawab, ’(tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari(perbuatan) nenek moyang kami.’ (Apakah mereka akan mengikuti juga ), walaupunnenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?” 
  3. Taqlid Buta Dengan mengambil pendapat manusia dalam masalah aqidah tanpa megetahui dalilnyadan tanpa menyelidiki seberapa jauh kebenarannya. 
  4. Ghuluw (berlebihan) Dalam mencintai para wali dan orang-orang shalih, serta mengangkat mereka di atasderajat yang semestinya, sehingga menyakini pada diri mereka sesuatu yang tidak mampudilakukan kecuali oleh Allah, baik berupa mendatangkan kemanfaatan maupun meolak kemudharatan. Juga menjadikan para wali itu perantara antara Allah dan makhlukNya,sehingga sampai pada tingkat penyembahan para wali tersebut dan bukan menyembahAllah. 
  5. Ghaflah (lalai) Terhadap perenungan ayat-ayat Allah yang terhampar di jagat raya ini (ayat-ayatkauniyah) dan ayat-ayat Allah yang tertuang dalam kitabNya (ayat-ayat Qura’niyah). Disamping itu, juga terbuai dengan hasil teknologi dan kebudayaan, sampai-sampai mengira bahwa itu semua adalah hasil kreasi manusia semata, sehingga mereka mengagung-agungkan manusia dan menisbatkan seluruh kemajuan ini kepada jerih payah dan penemuan manusia semata. Pada umumnya rumah tangga sekarang ini kosong dari pengarahan yang benar menurut Islam. 
  6. Enggannya media pendidikan dan media informasi melaksanakan tugasnya. Kurikulum pendidikan kebanyakan tidak memberikan perhatian yang cukup terhadap pendidikan agama Islam, bahkan ada yang tidak peduli sama sekali. Sedangkan mediainformasi, baik cetak maupun elektronik berubah menjadi sarana penghancur dan perusak, atau paling tidak hanya memfokuskan pada hal-hal yang bersifat meteri danhiburan semata. Tidak memperhatikan hal-hal yang dapat meluruskan moral danmenanamkan aqidah serta menangkis aliran-aliran sesat.

Cara-cara penanggulangan penyimpangan aqidah adalah dengan :
  1. Kembali pada Kitabullah dan Sunnah Rasulullah shalallahu ’alaihi wa sallam untuk mengambil aqidah shahihah. Sebagaimana para Salafush Shalih mengambil aqidahmereka dari keduanya. Tidak akan dapat memperbaiki akhir umat ini kecuali apa yangtelah memperbaiki umat terdahulunya. Juga dengan mengkaji aqidah golongan yang sesatdan mengenal syubuhat-syubuhat mereka untuk kita bantah dan kita waspadai, karena siapa yang tidak mngenal keburukan, ia dikhawatirkan terperosok ke dalamnya. 
  2. Memberi perhatian pada pengajaran aqidah shahihah, aqidah salaf, di berbagai jenjang pendidikan. Memberi jam pelajaran yang cukup serta mengadakan evaluasi yang ketat dalam menyajikan materi ini. 
  3. Harus ditetapkan kitab-kitab salaf yang bersih sebagai materi pelajaran. Sedangkan kitab-kitab kelompok penyeleweng harus dijauhkan. 
  4. Menyebar para da’i yang meluruskan aqidah umat Islam dengan mengajarkan aqidahsalaf serta menjawab dan menolak seluruh aqidah batil. (Kitab Tauhid 1, Dr. Shalih bin Fauzan bin Abdullah al Fauzan) Aqidah atau keimanan adalah suatu keyakinan seseorang yang diwujudkan dengan membenarkan dengan hati kita sendiri, menyatakan dengan lisan dan membuktikannya dengan seluruh amal perbuatan. Orang yang benar-benar beriman itu, terkandung di dalam Qs.AL-Hujurat ayat 15 yang artinya : “ Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, Mereka itulah orang-orang yang benar ”. Orang beriman wajib juga percaya kepada AL-Quran, Malaikat, Hari akhir, qodlo dan qodar. Karena semua itu merupakan perangkat dalam seting kehidupan. Orang beriman seharusnya menyadari bahwa didalam berperilaku senantiasa dihadapkan kepada keuntungan atau kerugian, secara lahir dan batin, yang berakibat keuntungan lahiriah (materi) dan batiniah (pahala), maka setiap orang yang beriman adalah orang yang memiliki komitmen dan tekat yang bulat (commitment and determination), untuk memperoleh keberuntungan dari pencipta kehidupan, yakni Allahdan untuk itu Allah menjamin sebagaimana ketetapannya dalam Qs-AL Muminuun [23]ayat 1, yang artinya : “ Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman ”. Allah menetapkan sungguh beruntung orang-orang yang beriman, karena ituorang beriman selalu optimis sebabnya selalu akan memperoleh keberuntungan, ketika mendapat musibah ia bersabar karena yakin bahwa musibah adalah rencana Allah untuk meningkatkan derajatnya atau merupakan peringatan untuk perbaikan dirinya. Dalam AL-Quran Surat at-Tahrim ayat 6, diJelaskan bahwa orang yang beriman diperintahkan untuk : “ Jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka ”. Ayat ini menekankan orang yang beriman untuk menimpa berupa harta dan pahala. Orang beriman senantiasanya mengembangkan sikap “tolerance for risk,ambiguity, and uncertainty”, karena ia mempunyai penjamin kulitas (quality assurance)sandaran keyakinan yang tidak mungkin dapat disaingi oleh siapapun, ia merasa aman bersamanya. Orang beriman selalu rindu, cinta, senang bersama Allah, ia selalu melatihdiri untuk membesarkannya dengan shalat yang khusuk, tahajud di dua pertiga malammerupakan target mencapai “maqomam mahmuda” tempat yang terpuji. Untuk memelihara diri dan keluarga serta untuk memudahkan meringankan kehidupan, islam memiliki syariat atau jalan hidup diantaranya adalah menegakan shalat.Rassulullaah menyatakan bahwa shalat itu adalah tiang agama, maka barang siapa yangmenegakkannya ia menegakkan agama, barang siapa yang meninggalkannya ia meruntuhkan agama. Dalam sabda yang lain Rasullullah SAW juga menyatakan batas keimanan seseorang dengan kekafirannya adalah meninggalkan shalat. Dalam kehidupan dunia, shalat merupakan penentu, yakni orang yang dapat shalat dengan khusuk, tawadlu, dalam membesarkan Allah selama melaksanakan shalat, maka makna shalatyakni Ingat kepada Allah dan membesarkannya akan selalu tegak dalam kehidupan sehari-hari setiap saat dalam berbagai kondisi dan situasi, sehingga mencapai apa yang diharapkan Allah yakni terkandung dalam Q.S. Ali Imran [3] ayat 191, yang artinya : “orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi : “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka”.

F.            AQIDAH ISLAMIYAH
Aqidah Islamiyah adalah iman kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya, hari akhir, kepada qadla dan qadar baik-buruk keduanya dari Allah. Sedangkan makna iman itu sendiri adalah pembenaran yang bersifat pasti (tashdiiqul jazm), yang sesuai dengan kenyataan, yang muncul dari adanya dalil/bukti. Bersifat pastiartinya seratus persen kebenaran/keyakinannya tanpa ada keraguan sedikitpun. Sesuaidengan fakta artinya hal yang diimani tersebut memang benar adanya dan sesuai denganfakta, bukan diada-adakan (mis. keberadaan Allah, kebenaran Quran, wujud malaikatdll). Muncul dari suatu dalil artinya keimanan tersebut memiliki hujjah/dalil tertentu,tanpa dalil sebenarnya tidak akan ada pembenaran yang bersifat pasti .Suatu dalil untuk masalah iman, ada kalanya bersifat aqli dan atau naqli, tergantung perkara yang diimani. Jika perkara itu masih dalam jangkauan panca indra/aqal, makadalil keimanannya bersifat aqli, tetapi jika tidak (yaitu di luar jangkauan panca indra), maka ia didasarkan pada dalil naqli. Hanya saja perlu diingat bahwa penentuan sumber suatu dalil naqli juga ditetapkan dengan jalan aqli. Artinya, penentuan sumber dalil naqlitersebut dilakukan melalui penyelidikan untuk menentukan mana yang boleh dan manayang tidak boleh dijadikan sebagai sumber dalil naqli. Oleh karena itu, semua daliltentang aqidah pada dasarnya disandarkan pada metode aqliyah. Dalam hal ini, ImamSyafi’i berkata:“Ketahuilah bahwa kewajiban pertama bagi seorang mukallaf adalah berfikir dan mencari dalil untuk ma’rifat kepada Allah Ta’ala. Arti berfikir adalah melakukan penalaran dan perenungan kalbu dalam kondisi orang yang berfikir tersebut dituntut untuk ma’rifat kepada Allah. Dengan cara seperti itu, ia bisa sampai kepada ma’rifat terhadap hal-hal yang ghaib dari pengamatannya dengan indra dan ini merupakan suatu keharusan. Hal ini seperti merupakan suatu kewajiban dalam bidang ushuluddin.” (Lihat Fiqhul Akbar, Imam Syafi’i hal. 16)

G.         TUJUAN AQIDAH DALAM ISLAM
Akidah Islam mempunyai banyak tujuan yang baik yang harus dipegang teguh, yaitu :
  1. Untuk mengihlaskan niat dan ibadah kepada AllahI semata. Karena Dia adalah pencipta yang tidak ada sekutu bagiNya, maka tujuan dari ibadah haruslah diperuntukkanhanya kepadaNya. 
  2. Membebaskan akal dan pikiran dari kekacauan yang timbul dari kosongnya hati dari akidah. Karena orang yang hatinya kosong dari akidah ini, adakalanya kosong hatinya dari setiap akidah serta menyembah materi yang dapat di indera saja dan adakalanya terjatuh pada berbagai kesesatan akidah dan khurafat
  3. Ketenangan jiwa dan pikiran, tidak cemas dalam jiwa dan tidak goncang dalam pikiran. Karena akidah ini akan menghubungkan orang mukmin dengan Penciptanya lalurela bahwa Dia sebagai Tuhan yang mengatur, Hakim yang membuat tasyri'. Oleh karenaitu hatinya menerima takdir-Nya, dadanya lapang untuk menyerah lalu tidak mencari pengganti yang lain. 
  4. Meluruskan tujuan dan perbuatan dari penyelewengan dalam beribadah kepada Allahdan bermuamalah dengan orang lain. Karena diantara dasar akidah ini adalah mengimani para Rasul, dengan mengikuti jalan mereka yang lurus dalam tujuan dan perbuatan. 
  5. Bersungguh-sungguh dalam segala sesuatu dengan tidak menghilangkan kesempatan beramal baik, kecuali digunakannya dengan mengharap pahala. Serta tidak melihat tempat dosa kecuali menjauhinya dengan rasa takut dari siksa. Karena diantara dasar akidah ini adalah mengimani kebangkitan serta balasan terhadap seluruh perbuatan."Dan masing-masing orang memperoleh derajat-derajat (sesuai) dengan yang dikerjakannya. Dan Tuhanmu tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan." (QS. AlAn'am : 132). Nabi Muhammad SAW juga menghimbau untuk tujuan ini dalam sabdanya :"Orang mukmin yang kuat itu lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada orang mukmin yang lemah. Dan pada masing-masing terdapat kebaikan. Bersemangatlah terhadap sesuatu yang berguna bagimu serta mohonlah pertolongan dari Allah dan janganlah lemah. Jika engkau ditimpa sesuatu, maka jaganlah engkau katakan : seandainya aku kerjakan begini dan begitu. Akan tetapi katakanlah : itu takdir Allah dan apa yang Dia kehendaki dia lakukan. Sesungguhnya mengada-ada itu membuka perbuatan setan." ( HR. Muslim)6. Menciptakan umat yang kuat yang mengerahkan segala yang mahal maupun yang murah untuk menegakkan agamanya serta memperkuat tiang penyanggahnya tanpa peduli apa yang akan terjadi untuk menempuh jalan itu. "Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepadaAllah dan RasulNya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan hartadan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang –rang yang benar." (QS. AlHujurat : 15),  
  6. Meraih kebahagiaan dunia dan akhirat dengan memperbaiki individu-individu maupunkelompok-kelompok serta meraih pahala dan kemuliaan. "Barangsiapa yang mengerjakan amal baik, baik lelaki maupun wanita dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan balasan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang paling baik dari apa yang telah mereka kerjakan. " (QS. An Nahl 97)Inilah sebagian dari tujuan akidah Islam, Kami mengharap agar Allah merealisasikannya kepada Kami dan seluruh umat Islam. [Prinsip Dasar Keimanan Karya Syaikh Muhammad Sholih al Utsaimin rahimahulloh]


DAFTAR PUSTAKA

Ibrahim T, Drs, H. Darsono, Drs (2004) Membangun Akidah dan Akhlak.
Tiga Serangkai. Solo.